Ki Mantep Soedarsono

Mata Sang Penari

3 Penari 3 generasi

- Suprapto Suryodarmo - Miroto - Eko Pece bedah buku : COMPOSING WHILE DANCING: AN IMPROVISER'S COMPANION oleh : Melinda Buckwalter (Coeditor CONTACT QUATERLY, a dance and imprivisation journal)

Orange face

berlatih tari

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Kunthi Menangis « andhalang

Kamis, Juni 23, 2011


Hati siapa yang tega, rasa siapa yang iklas, dan manusia macam mana yang mau? Hanya demi harkat dan martabat terpaksa membuang anaknya sendiri. Nasib malang itu ada pada Kunti. Sore itu habis dia melahirkan anaknya dari “telinganya”. Dengan terpaksa dia harus menyusui anaknya yang pertama hasil buah cinta yang sesaat dengan Batara Surya, dan air susu itu adalah pertama dan terakhir kalinya diterima si bayi kecil mungil yang sejak lahir sudah punya kalung bercirikan dewa matahari tersebut.

“Kunti, jangan buat malu keluarga besar Mandura, buang anak itu, atau kejayaan bangsa Mandura tercemar oleh aib yang kamu sandang.”

Kata-kata kakaknya Basudewa it selalu berkumandang jelas di telinganya. Kenapa dengan martabat bangsa, kenapa dengan kejayaan negara selalu mengalahkan nurani kemanusiaan. Karena adanya negara selalu ada perebutan kekuasaan, karena nama sebuah bangsa, tega membunuh bangsa lain tanpa kompromi. Karena hukum kenegaraan sebuah bangsa dengan bebas membunuh makhluk bangsa lain seperti yang diterima oleh Ruyati. Dan masih ngantri lebih dari 20 orang TKW Indonesia menunggu di ajang penyembilan manusia. KARENA HUKUM, dan KARENA NAMA BAIK SEBUAH BANGSA, Kunti tidak bisa menjawab dan menolak untuk dipisahkan dengan anaknya. Kejamnya sebuah bangsa, untuk apa berbangsa? kalau nurani kemanusiaan diperdagangkan? Untuk apa berbangsa kalau Ibu harus berpisah dengan anaknya, demi nama baik, toh besok dikemudian hari akan terbongkar juga semua aib. Aib selamanya tetap aib, dan bangkai akan membusuk, dari busuk akan menusuk hidung baunya.

Sore itu tangisan Kunti tak bisa dibendung, sementara Batara Surya segera redup sinarnya, dia ikut sedih, seakan enggan bersinar, enggan menjalankan tugas dan rutinitasnya. Jika diijinkan ingin rasanya Surya berhenti dari jabatan. Namun semua harus dilalui demi kehidupan itu sendiri. Ya demi kehidupan, kehidupan Kunti, kehidupan anaknya Suryatmaja, kehidupan negara Mandura dan demi kejayaan anaknya kelak. Begitu juga demi kehidupan Bangsa Indonesia Ruyati di pancung, belajarlah dari peristiwa ini. Kenapa Kunti harus berpisah? Kenapa Ruyati harus dipancung? Karena kebodohan adalah jawabnya. Kenapa bodoh?

Kebodohan di bangsa ini sudah menjamur, rakyat jelata, selamanya selalu jadi budak di negeri ini, meskipun samar terlihat. Kunti bodoh dan merasa bodoh, membuat dia ingin belajar, dan sudah tentu di awal orang belajar selalu melakukan kesalahan. Siapa yang salah? Gurunya atau muridnya? Dilema itu adalah jawaban. Siapa tak senang ketika awal belajar mengeja hurup, menghafal angka-angka dari 0 – 9, dari a – z, dari ha – nga, dari alif – ya dan seterusnya. Pasti akan senang menyusun sebuah kalimat. Begitu juga Kunti, dia senang mencoba mantra “Aji Pameling” pemberian gurunya, dan iseng bermain mantra di saat dia telanjang di kamar mandi, Batara Surya yang dipanggil. Mantra itu untuk memuja dewa dan bersenggama dengan dewa. Tanpa di sadari Kunti hamil. Dan dari kehamilan buah hasil dari rasa isengnya itu, dia dianggap sebagai aib bagi negaranya. Siapa yang salah?

Ruyati mengalami kebodohan, sehingga membuat dia kerja jadi PRT, berhubung PRT di negeri sendiri juga sulit di dapat, diapun pergi ke luar negeri untuk mendapat tambahan gaji. Meskipun harus potong sana, potong sini, kebanyakan potongan-potongan calo terselubung, yang sembunyi di balik kenestapaan tenaga seorang yang bodoh. Berjasa dia memberi gaji bagi orang pinter yang membuatnya bodoh. Siapa sebenarnya yang bodoh? Kalau sudah tahu Ruyati bodoh, kenapa diijinkan kerja di negara yang banyak aturan itu? Siapa sebenarnya yang BODOH? Membiarkan rakyatnya tetap dalam kebodohan? Siapa yang bodoh, dengan mengadakan biaya pendidikan yang mahal? Dimana letak kata-kata “MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA”. Kenapa Ruyati bodoh? Kalau pinter dia pasti kerja jadi calonya, dan ga mungkin lehernya terpengga.

Kunti anak raja, dia bisa melakukan apapun, dia mampu membeli apapun, sehingga semua keinginannya terkabul termasuk keinginan mengetahui rahasi dewa dengan mantram-mantram. Karena kemanjaan Kunti, akhirnya menjerumuskannya dalam kehamilan yang sebenarnya tidak salah. Karena rahim adalah tempat untuk mengandung anak. Hanya karena nama sebuah bangsa Kunti dianggap salah, mencemarkan nama baik keluarga dan harkat martabat bangsa. Siapa yang mau seperti Kunti?

Ruyati orang miskin, maka dia harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Kenapa miskin? karena memang susah cari kerja. Kenapa susah cari kerja? Karena lapangan pekerjaan terbatas. Bukan hanya dia, bahkan saya sendiripun sampai sekarang masih nganggur. Untung saja kadang ada pentas, yang bisa buat makan saya. Kalau Ruyati, seorang perempuan tua, kerja di sini tanpa pengetahuan, tanpa ketrampilan khusus, hanya bisa jadi pembantu. Apakah jadi PRT itu buruk? TIDAKKKKKKKKKK,,,dia pahlawan devisa, dan pahlawan bagi para calo, itupun jarang para calo yang mengakuinya. Dan negarapun tak menjamin keselamatannya, kenapa? Keluarganya yang ingin bersua dengan Ruyati saja, meminta sejak bulan Maret lalu tidak ada tanggapan dari pemerintah. Apakah karena Ruyati sudah tua? Terus dianggap tidak penting? Siapa yang SSAAAAALAAAAHHH?

Kumpulan video masedan

Kamis, Juni 23, 2011





wayang kampung sebelah





 



Rhoma ra mari-mari 









 





Inul Darahtinggi 








Cak dul 







kampret karyo 



 



 



 



http://www.youtube.com/user/masedan





Jejak Asa Sang Dewi

Kamis, Juni 23, 2011




JAKARTA: Penari dan penyanyi Dewi Sulastri akan tampil dalam pertunjukan kolosal berjudul "Dance and World Music Concert--Jejak Asa Sang Dewi--Representation Personal Identity" di Gedung Kesenian Jakarta pada Minggu.
"Tari adalah ekspresi jiwa dan imaginasi saya. Apa yang ingin saya persembahkan ini bagian dari respons terhadap ritme perjalan hidup saya," kata Dewi saat ditemui di sanggarnya Swargaloka Art and Culture Foundation, di Gedung Sasana Kriya, TMII, Jakarta Timur.

Acara ini diproduksi Swargaloka Art and Culture Foundation, lembaga nirlaba yang selama ini memberi perhatian terhadap masalah seni dan budaya bangsa.

Pergelaran ini melibatkan sekitar 150 orang seniman panggung, penari dan penyanyi, diantaranya Didi Nini Towok, M. Miroto, Tri Irianto, Sruti Respati, Endah Laras, artis pop Denada, Ageng Kiwi, serta para seniman alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Yogyakarta.

Pertunjukan ini akan diiringi Dedek Gamelan Orchestra pimpinan Dedek Wahyudi, seorang master musik dunia yang pada April mencatat prestasi pemecah rekor Muri membunyikan gamelan 'Corobalen' selama 36 jam, 36 menit, 36 detik nonstop.

Tari dan musik "Jejak Asa Sang Dewi" adalah refleksi dan gagasan dari beragam pengalaman berkesenian Dewi selama bertahun-tahun. Diawali dari kesadarannya berkesenian sejak belajar 'nembang' (menyanyi) ketika duduk di bangku pelajar kelas V SD di tanah kelahirannya di Jepara. Antusiasme ini lalu dikembangkannya hingga tingkatan studi berikutnya yaitu; di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Negeri Surakarta Jurusan Tari, dan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

"Tahun ini menjadi titik penting perjalanan berkesenian saya. Konser ini menjadi media ungkap saya di mana semua kegelisahan kreatif tertumpah. Konser ini menjadi representasi seni klasik, seni rakyat dengan sentuhan populis," kata Dewi.

Dewi kelahiran Jepara pada 15 Maret 1966 ini sudah menciptakan belasan tari dan menggelar puluhan pergelaran seni. Beberapa karyanya adalah Tari Srimpi Retno Utama (1989), Tari Merak Mangigel (1989), Tari Bondan Suko Asih (1989), Tari Prajuritan (1989). (tw)

undisclosed territory#5

Sabtu, April 30, 2011



undisclosed territory#5

PERFORMANCES
Hari/tgl : Sabtu, 30 April dan Minggu, 1Mei 2011
Jam : 13.00 – 21.40 WIB (istirahat jam 17.15 – 19.00 WIB)
...LECTURE
Hari/tgl : Minggu, 1Mei 2011
Jam : 10:00 - 12:00 oleh Marilyn Arsem dan Afrizal Malna

Tempat : Bonorejo Rt 01/RW02, Plesungan Gondangrejo, Karanganyar (sebelah utara Perumahan Pelangi Mojosongo – Solo)

Kontak email: info@lemahputih.com
telpon : (0271) 8503050

- Acara ini terbuka untuk umum, gratis - bebas tanda masuk, namun donasi tidak ditolak

Padepokan Lemah Putih menyelenggarakan "undisclosed territory#5" performance art event setiap tahun sekali sebagai bagian rangkaian kegiatan proyek performance art, di mana seniman yang berpartisipasi dalam acara ini sebagian besar telah mengikuti program kegiatan PALA Project, sebuah laboratorium kerja sebelumnya. "undisclosed territory" merupakan event yang diadakan tiap tahun dan bersifat sederhana, dan akan memanfaatkan kawasan studio alam Padepokan Lemah Putih Solo.

Acara ini diselenggarakan dengan tujuan untuk membuka batasan-batasan dan persilangan antara performance art, seni rupa dan seni pertunjukan , melalui penyajian karya-karya performance art, screening documentasi performance art, dan diskusi. Karya-karya performance art yang ditampilkan diharapkan akan menambah wacana dan pemahaman performance art melalui pendekatan terhadap latar belakang filosofis dan aspek-aspek sosial budaya, serta proses estetika dan individu berkesenian.

Setelah penyelenggaraannya di tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010, untuk kelima kalinya "undisclosed territory#5" performance art event akan diselenggarakan oleh Padepokan Lemah Putih. Seluruh kegiatan akan diprogramkan secara intensif dan diisi dengan ceramah-ceramah, diskusi dan presentasi karya-karya performance dari seniman-seniman yang diundang,

Marilyn Arsem (AS),
Sandra Johnston (Irlandia),
Boris Nieslony (Jerman),
Alan Schacher (Australia),
Ray Langenbach (AS/ Malaysia),
Yingmei Duan (China/Jerman),
Yuenjie Maru (Hongkong),
Angie Seah (Singapore),
Aor Nopawan (Thailand),
Waldemar Tatarczuk (Polandia),
Suprapto Suryodarmo (Solo),
Djarot B Darsono (Solo),
Iwan Wijono (Yogyakarta),
Fitri Setyaningsih (Yogyakarta),
Zulkifly "Uun Pagesa (Palu),
Yuda Coklat (Yogyakarta),
Guh S Mana (Solo),
Elyandra Widharta (Yogyakarta),
Melati Suryodarmo (Solo/Jerman).

HOMAGE to SADRA

Sabtu, April 30, 2011


memperingati 40 hari wafatnya iwayan sadre
pada senin, 16 Mei 2011 - jam 19.30 WIB
PENDAPA AGENG TAMAN BUDAYA JAWA TENGAH SURAKARTA
SONOSENI ENSAMBLE - DJADUK FERIYANTO
SAWUNG JABO - TOTOK TEWEL - YAYAT SUHIRYATNA
DEDE GAMELANS- ETNO ENSAMBLE -DKK

informasi sementara (i wayan sadra)

Kamis, April 14, 2011



14 April jam 5:24

- Hari ini Kamis 14 April 2011 Upacara Agama Hindu di rmh duka jam 19.00 wib.

- Besok (jumat) 15 April 2011 Jam 14.00 wib Pemberangkatan Jenasah dari rmh duka Jl. Lawu no 18 Perum Subur Makmur, ngringo, jaten, karanganyar.. menuju rumah kremasi Delingan Karanganyar.

- Sabtu, 16 April 2011.. upacara 'larung' abu jenasah di Sungai Bengawan Solo 

 
I WAYAN SADRA,
salah seorang komposer kontemporer handal yg meninggal pd tgl 14, utk sementara disemayamkan di rumah duka, Perum kompleks Subur Makmur, Ngringo, Solo. dan tgl 15 rencana jenazah akan dipindahkan ke thion ting (Jebres-solo) sebelum diberangkatkan utk dikremasikan di krematorium Delingan, Karang Pandan, Kabupaten Karang Anyar. Jam 14.00 wib...

sementara ini yg bisa kami informasikan

jadwal BMB (Bukan musik biasa) 2011


No

bulan

peserta

Asal

Moderator

Pembahas

1

Januari


2

Maret

3

Mei

4

juli

5

September

6

november




 
  • Blogroll

  • Consectetuer

  • Popular

  • Comments